Ketemu Charles Bonar Sirait, Butet Manurung dan Iwan Syahril GTK Kemdikbud - channel bu Amel

Home Top Ad

Ketemu Charles Bonar Sirait, Butet Manurung dan Iwan Syahril GTK Kemdikbud

Share:

PembaTIK Level 4 Kuliah Umum Hari Ke-2

Ulasan oleh Peserta PembaTIK Level 4, SRB Sumsel 2020, Amalia, M. Pfis

Alhamdulillah, hari ini (15/09/2020) PembaTIK level 4 sudah memasuki hari kedua. Di hari yang kedua ini simpaTIK kemdikbud menghadirkan 3 narasumber yang sangat menarik sekali dalam memaparkan apa yang menjadi bidang penguasaannya. 

Saya sedang serius menyimak materi (salah satu peserta yang ada di cell B2, jilbab toska tua)
(Sumber gambar : Facebook Rumah Belajar)


Di sesi yang pertama, tampil Bang Charles Bonar Sirait. Kalau bicara tentang bang Charles jadi inget masa muda (hehe..). Beliau kelahiran 19 Maret 1971. Dulu semasa SMA sering lihat acara yang dipandu beliau karena memang rasanya semua channel televisi yang sangat terbatas waktu itu rata-rata pernah memunculkan wajah Bang Charles Bonar Sirait sebagai presenternya. Sebut saja Zimfoni, Intro, Gebyar BCA (bareng Desi Ratnasari, Roda Impian, Tak Tik Boom dan masih banyak lagi. Dari semua itu, acara favoritku Zimfoni.

Berikut apa yang bisa saya sarikan dari paparan beliau dalam kuliah umum pembatik level 4 tahun 2020.

(Sumber gambar : https://belajar.kemdikbud.go.id/kuliahumum/)

Kiat Sukses Bagi Para Pendidik Untuk Berkomunikasi Dengan Publik

Narasumber Pakar : Charles Bonar Sirait

1. Memahami Pola Komunikasi Sederhana

Bahwa apa yang kita sampaikan harusnya dapat ditangkap oleh orang lain. Sekompleks apapun materi yang disampaikan oleh seorang guru, maka ia harus bisa mengemasnya menjadi sederhana karena jika materi tersebut tidak dapat ditangkap oleh siswanya, maka dapat dikatakan pembelajaran tersebut percuma. 

Memimpin pada dasarnya adalah perkara mempengaruhi dan meyakinkan orang lain. Pada saat seorang guru sedang mengajar, bahwa sebenarnya dia juga sedang memimpin. Oleh karena itu, mutlak perlu bagi seorang guru belajar tentang kepemimpinan. 

"Jika Anda tidak mempercayai penyampai pesan (Pemimpin, guru, dsb), maka Anda tidak akan mempercayai pesan tersebut"

Melalui medsos seharusnya seorang guru bisa memperoleh kepercayaan publik. Guru adalah pusat perhatian publik, oleh karena itu penampilan guru haruslah menarik. Seorang guru juga seharusnya mampu membuat audiensnya terjaga dan merasa merasa rugi jika terlewat paparan materi. 


2. Impactful Communication (Komunikasi yang Memberikan Dampak bagi Audiensnya)

Dampak tersebut bisa dalam bentuk : pengaruh, emosi, gerakan, kesan, menyentuh. 
Komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang artinya membagikan. Secara etimologi, komunikasi dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang mengarah pada maksud dan tujuan untuk mendapatkan pemahaman dari orang lain dengan cara memperhatikan tanda-tanda tertentu (semiotik). 

Generasi sekarang lebih senang dengan kata sharing daripada teaching, oleh karena itu Bang Charles lebih sering mengawali kegiatan mengajarnya dengan kalimat : "Baiklah, hari ini saya akan sharing tentang ....." 


3. Persuasive Communication (Komunikasi yang Membujuk)

Persuasive communication adalah kemampuan pendidik untuk membujuk orang lain. Hal ini berkaitan dengan alam bawah sadar seseorang yang bisa disentuh dengan opini dari seseorang yang memimpin sebuah forum, dalam hal ini guru yang sedang mengajar di kelas.

Agar mendapatkan perhatian, sentuhan opini itu harus dibantu dengan alat tambahan. Misalnya, ketika presentasi ada slide presentasi, ada audio atau bahkan demonstrasi, dsb.


4. Personal Branding 

Personal branding adalah ketika seseorang dan karirnya "dimerekkan" sebagai sebuah brand (simbol). Layaknya branding sebuah produk yang membangun persepsi, asosiasi dan harapan, begitu juga dengan branding seorang guru, yaitu segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Jadi, sekali kita memutuskan membangun personal branding, maka diperlukan 100% komitmen, 100% ketulusan dan Emotional-Spiritual Quotient (ESQ) yang tinggi.

Kuliah lengkap dari Bang Charles dapat sahabat tonton disini :

Charles Bonar Sirait dalam Kuliah Umum PembaTIK level 4 hari kedua.



Di sesi yang kedua, tampil Butet Manurung, seorang Aktivis Pendidikan dan Pendiri Sokola Rimba. Saya pernah mendengar nama beliau, namun baru kali ini melihat lebih dekat sepak terjang beliau dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan bagi suku anak dalam. 


Berikut apa yang bisa saya sarikan dari paparan beliau dalam kuliah umum pembatik level 4 tahun 2020.

(Sumber gambar : https://belajar.kemdikbud.go.id/kuliahumum/)

Motivasi Guru dalam Mendidik: Belajar dalam Mengajar

Narasumber Pakar : Butet Manurung


Butet bercerita di tahun keduanya ketika ia masuk rimba, bahwa saat itu Ia lengkap memakai pakaian sedangkan anak-anak rimba hanya menggunakan cawat saja. Mereka lalu dikejar oleh beruang. Akhirnya, anak-anak ini naik pohon dengan mudah. Berbeda halnya dengan Butet Manurung yang kepayahan karena baju lengkapnya penuh dengan air dan lumpur. Anak ini menngatakan, “Ibu Guru bodoh, tidak bisa naik pohon”. Akhirnya, dari pengalaman nyata ini beliau memahami bahwa bodoh-pintarnya suatu perilaku akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Bahwa dengan memakai cawat, anak-anak rimba akan lebih mudah untuk bertahan hidup di rimba sesuai dengan lingkungannya. 

Berikutnya Butet Manurung meminjam istilah suku anak dalam yang menyebutkan pensil dengan sebutan “setan bermata runcing”. Hal ini terjadi karena ketika orang rimba berhubungan dengan pensil, mereka selalu berhadapan dengan kesialan. Karena tidak bisa baca-tulis, mereka harus sering tertipu. Ketika ada orang yang datang memberikan mereka selembar kertas lengkap dengan “setan bermata runcing” dan beberapa hari setelahnya datanglah hadiah. Namun, beberapa minggu kemudian tanah mereka habis. Oh, ternyata kertas dan “setan bermata runcing” adalah dokumen penjualan tanah. Maka setelah mengalami tujuh bulan penolakan, Butet menyatakan pada anak rimba bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan setan bermata runcing adalah dengan menguasai benda tersebut. 

Namun ternyata, setelah baca-tulis pun, mengapa hutan masih habis juga? Mengapa orang Jakarta yang hampir semuanya bisa baca tulis masih memakai plastik dan banjir? begitu deretan pertanyaan anak rimba. Butet lalu menyampaikan bahwa pendidikan itu harusnya bermanfaat untuk sekarang, bukan untuk nanti. Oleh karena itu sekolah lokal yang mengajarkan berburu-meramu mulai ditambahkan dengan kurikulum yang diusulkan yang lebih fokus pada solusi dari masalah-masalah yang ada. Oleh karena itu, Butet dalam kaderisasi pendidikan untuk anak rimba menghadirkan juga solusi dalam permasalahan Adat. 

Beliau menutup dengan Guru harusnya bisa bercermin pada diri sendiri. Bisa jadi siswa yang membosankan adalah cermin dari guru yang membosankan. Bahwa mengajar bukan lagi sebagai sebuah pekerjaan namun adalah hobi.

Kuliah lengkap dari Butet Manurung dapat sahabat tonton disini :

Butet Manurung dalam Kuliah Umum PembaTIK level 4 hari kedua.


Di sesi yang ketiga, tampil Iwan Syahril, Dirjen GTK Kemdikbud. 

Berikut apa yang bisa saya sarikan dari paparan beliau dalam kuliah umum pembatik level 4 tahun 2020.

(Sumber gambar : https://belajar.kemdikbud.go.id/kuliahumum/)

Kebijakan Pendidikan Terkait Guru dan Tenaga Kependidikan

Narasumber Pakar : Dr. Iwan Syahril, Ph.D.

Iwan memaparkan tentang Guru dalam perspektif merdeka belajar yang dibagi dalam 3 bagian, yaitu : 

1. Memandang siswa dengan rasa hormat 

Ki Hadjar Dewantara melihat pendidikan itu dari perspektif makluk hidup. Pendidik diibaratkan seperti seorang petani. Seorang petani yang menanam padi hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memelihara, memberi pupuk dan air, membasmi ulat jamur, dsbnya. Pertumbuhan padi dapat diperbaiki tetapi petani tersebut tidak dapat mengganti kodrat padi itu sendiri. Petani tidak dapat mengubah padi menjadi jagung, ia juga tidak dapat menyamakan cara menanam padi dengan cara menanam dan memelihara jagung. 

Sama seperti guru. Guru harus mampu melihat bakat dan kemampuan seorang anak. Sebagai seorang guru, kita tidak dapat memilih atau memesan bibit yang kita mau atau yang diberikan pada kita. Oleh karena itu, kita harus terus belajar karena kita tidak pernah tahu bibit seperti apa yang akan hadir di kelas kita. Dengan memperkaya ilmu pengetahuan dan pengalaman, kita dapat menumbuhkembangkan bibit yang sudah ada dalam diri peserta didik kita. 


2. Mendidik secara holistik 

Pendidikan holistik artinya pendidikan yang berbasis budi pekerti, bahwa Pendidikan harus dapat menciptakan olah raga, olah karsa dan olah cipta. Pendidikan haruslah menajamkan pikiran, menghaluskan perasaan dan menumbuhkan kemauan untuk lebih baik. Seseorang yang memiliki kemauan yang besar meski keterampilannya kecil bisa lebih baik dibanding dengan yang punya keterampilan bagus namun sedikit kemauan untuk mengasah keterampilannya. Dalam pendidikan guru tidak harus menjelaskan teknis-teknisnya seperti apa tapi menguatkan kemauan peserta didik untuk belajar karena itu dapat memacu mereka untuk terus berusaha hingga bisa. Kemauan ini adalah investasi bagi anak didik kita untuk tumbuh secara mandiri di kemudian hari. 

3. Mendidik secara relevan/kontekstual

Pendidikan harus memperhatikan kodrat keaadaan yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Bahkan tahun 1950an, Ki Hajar sudah memprotes kebijakan Departemen Pendidikan dan kebudayaan saat itu yang hanya menitikberatkan pada nilai. Keadaan zaman sekarang tentu sudah jauh berbeda dengan keadaan zaman tahun 90an bahkan 1950an. Saat ini kita berada pada revolusi industry 4.0 yang erat kaitannya dengan pemanfaatan TIK, oleh karenanya seharusnyalah seorang guru dapat menghadirkan TIK dalam pembelajaran. 

Percepatan teknologi dan informasi ini menjadi pendorong utama terjadinya perubahan-perubahan saat ini. Belajar dari covid 19 dengan menghadirkan sikap mental : nyaman dengan ketidaknyamaan yang mendukung percepatan terwujudnya budaya inovasi, percepatan pembelajaran yang bersumber pada murid dan percepatan pembangunan yang berbasis Teknologi.

Kuliah lengkap dari Iwan Syahril dapat sahabat tonton disini :



Iwan Syahril dalam Kuliah Umum PembaTIK level 4 hari kedua.

Dengan banyak pemateri hari ini, banyak juga ilmu dan hikmah yg didapat. Semangat !


Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia
Madrasah Hebat Bermartabat,
Salam,
SRB Sumsel 2020
Amalia

#MerdekaBelajar 
#NadiemMakarim 
#PembaTIK2020 
#pembatiklevel4 
#RumahBelajar 
#tributetohendriwidiatmoko
#guruberbagi 
#gurupenggerak


Tidak ada komentar